Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kopi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya Kopi. Tampilkan semua postingan

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2]

Melanjutkan pembahasan pada posting sebelumnya yang membahas hama penggerek buah, nematoda parasit, dan hama penggerek batang, kali ini akan dibahas 3 hama pada budidaya tanaman kopi yang berasal dari keluraga kutu-kutuan. Hama-hama tersebut antara lain kutu dompolan, kutu lamtoro, dan kutu hijau.

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi

Hama pada Tanaman Kopi

4.  Kutu dompolan (Pseudococcus citri)

Kutu dompolan berbentuk bulat lonjong agak pipih.  Tubuh larva dan dan kutu betina ditutupi oleh lilin dan bersayap.  Satu ekor kutu dompolan dewasa dapat menghasilkan 50 hingga 200 telur.  Setelah 4-5 hari kemudian, telur tersebut akan menetas menjadi nimfa berwarna putih dan dapat menyerang tanaman seperti kutu dewasa. Kutu dompolan menyerang tanaman kopi dengan jalan mengisap cairan pada kuncup bunga, buah kopi muda, ranting, bahkan daun muda.  Akibat serangan hama kutu dompolan, pertumbuhan tanaman kopi terhenti, daun-daun menguning, calon bunga gagal menjadi bunga, dan buah rontok.  Bila buah yang terserang tidak rontok, maka perkembangannya terhambat dan kulit buah keriput sehingga mutu buah rendah.

Kutu dompolan berasosiasi dengan semut.  Kotoran kutu mengandung gula sehingga disukai semut.  Sebaliknya semut menyebarluaskan hama tanaman kopi ini untuk mencarikan tempat baru.  Selain berasosiasi dengan semut, kutu juga menjadi vektor (pembawa) cendawan atau penyakit lainnya misalkan cendawan jelaga. Pengendalian kutu dompolan dapat dilakukan dengan cara:
  1. Secara biologis, yaitu dengan cara melepaskan parasit Angyrus greenii dan Leptomastix abyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, Symnus roepkei, Cryptolaemus mentrousieri.  Selain melepas musuh alami, juga dengan mengendalikan semut yang suka membawa kutu terutama pada musim kemaru.
  2. Secara mekanis, yaitu dengan cara memangkas bagian tanaman yang terserang hama tanaman kopi yang satu ini, kemudian dibakar.  Selain itu juga dengan cara membuang pohon pelingdung yang disukai oleh hama kutu dompolan seperti Glirisidia maculata.
  3. Secara kimiawi, dengan menyemprotkan insektisida.  Insektisida yang dianjurkan antara lain Anthio 330 EC, Hostathion 40 EC, Nogos 50 EC, Orthene 75 SP, Sevin 85 g, dan Supracide 40 EC dengan dosis sesuai anjuran.

e.  Kutu lamtoro (Ferrisia virgata)

Kutu lamtoro mempunyai cara hidup dan menyerang tanaman hampir sama dengan kutu dompolan.  Kutu lamtoro berwarna putih seperti kutu dompolan.  Pada tubuhnya terdapat benang-benang panjang berwarna putih.  Kutu jantan bersayap dan berwarna coklat.  Pada ujung abdomen terdapat dua helai benang panjang. Kutu lamtoro menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan pada bagian tanaman muda  Selain menyerang tanaman kopi, kutu lamtoro juga menyerang tanaman lamtoro.  Oleh karena itu sering disebut sebagai kutu lamtoro.  Tanaman lain yang diserang adalah dadap dan Tephrosia.

Pengendalian kutu lamtoro dilakukan secara terpadu.  Cara biologis dilakukan dengan melepaskan musuh alaminya seperti parasit Leptomastix, nyamuk Dipplesis, predator Scymnus sp. dan Cryptolaemus sp.  Cara pengendalian secara mekanis dan kimiawi sama seperti mengendalikan kutu dompolan.

f.  Kutu hijau (Coccus viridis)

Kutu hijau yang sudah dewasa berbentuk bulat telur dengan panjang 2,5 sampai 5 mm. Tubuh kutu hiijau dilindungi oleh perisai yang agak keras, dan berwarna hijau muda hingga hijau tua.  Kutu hijau mengeluarkan cairan madu sehingga disukai oleh semut. Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun dan ranting yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering.  Kutu hijau biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan bawah daun, terutama pada tulang daun.

Kutu hijau dikendalikan dengan cara kimiawi dan mekanis.  Caranya sama seperti pengendalian pada kutu dompolan.  Selain itu, cara biologis dengan melepaskan musuh alami, yaitu cendawan Cephalosporium lecanii, Coccophagus bogoriensis, Tetraticcus lecanii, kumbang Coccinella melanophthalmus, dan Orchus jantinus.

Demikianlah beberapa hama yang sering menyerang pada usaha budidaya tanaman kopi. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi Anda dalam mengendalikan hama-hama tersebut.

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 1]


Selain gulma dan penyakit, tanaman kopi juga sering kali diganggu oleh berbagai jenis hama. Hama pada budidaya tanaman kopi dikenal cukup banyak diantaranya nematoda parasit, penggerek buah kopi, penggerek cabang, dan berbagai jenis kutu-kutuan. Semua hama tersebut mampu menurunkan produktivitas tanaman kopi dengan presentase yang berbeda-beda. Berikut ini kita bahas hama-hama tersebut secara lebih mendalam.

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi

1.  Nematoda parasit

Pratylenchus coffeae dan Radhopholus similis merupakan nematoda endoparasit yang berpindah-pindah. Daur hidup Pratylenchus coffeae sekitar 45 hari dan Radhopholus similis sekitar 1 bulan. Tanaman kopi yang terserang Pratylenchus coffeae dan Radhopholus similis  menunjukkan gejala serangan sebagai berikut:
(a)    Tanaman terserang nematoda umumnya tumbuh kerdil dengan daun yang menguning dan gugur
(b)    Pertumbuhan cabang primer terhambat, sehingga menghasilkan hanya sedikit bunga atau bunga tumbuh tapi premature
(c)    Akar serabut membusuk dengan warna coklat atau hitam
(d)    Tanaman akhirnya mati pada serangan berat.  

Nematoda parasit menyerang tanaman di pembibitan maupun di areal penanaman. Pengendalian serangan nematoda di pembibitan dapat dilakukan dengan cara kimiawi yaitu menggunakan fumigasi media menggunakan fumigan sebelum tanam seperti Vapam L dan Basamid G.  Untuk nematisida sistemik dan kontak antara lain menggunakan Curaterr 3 G, Vydate 100 AS, Rhocap 10 G, dan Rugby 10 G.  Dosis yang digunakan sesuai anjuran. Sedangkan untuk pengendalian serangan nematoda di pertanaman kopi dilakukan dengan cara menanam jenis kopi tahan nematoda seperti jenis kopi ekselsa klon Bgn 121.09 dan kopi Robusta klon BP 308 dan aplikasi nematisida sistemik maupun kontak disarankan antara lain karbofuran, dan etoprofos sesuai dosis anjuran.

2.  Penggerek buah kopi

Hama penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei) adalah salah satu hama penting pada budidaya tanaman kopi. Hama ini menyebabkan kerusakan terbesar dengan membuat biji kopi menjadi bubuk. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara biologis, yaitu dengan memelihara atau melepaskan musuh alami di antaranya Prarops nasuta, Heterospilus cafeicola, Desydimus rubiginosus, Specasia javanica, dan Beauveria bassiana.  Selain itu tanaman pelindung dan penutup tanah yang mudah terserang bubuk buah kopi harus disingkirkan. 

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi

Pengendalian hama penggerek buah juga dapat dilakukan dengan memutus daur hidup bubuk buah kopi melalui tindakan pemetikan pendahuluan saat panen, lelesan dan racutan. Selain itu, pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman kopi terlalu gelap juga diperlukan untuk mengusir keberadaan hama ini. Penggunaan jenis tanaman yang masak serentak seperti varietas USDA 230731 dan USDA 230762 juga berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama penggerek.

3.  Penggerak cabang coklat dan hitam

Penggerek cabang coklat (Xylosandrus morigerus) dan penggerek cabang hitam (Xylosandrus morstati) adalah kumbang berukuran kecil.  Kumbang ini menggerek cabang berumur 4 – 24 bulan dan hidup pada liang gerekan.  Dalam lubang gerekan, hama ini mampu bertelur 15 – 50 butir.  Dalam waktu 3 minggu telur akan menetas menjadi larva berwarna putih dan siap melanjutkan pembuatan liang gerekan. Penggerek cabang coklat dan hitam adalah kumbang yang suka menyerang cabang dan ranting kopi dengan cara menggerek.  Akibat serangan ini tanaman akan semakin parah bila diikuti oleh munculnya cendawan Diplodia dan Fusarium dalam cabang gerekan.  Cendawan tersebut akan menyumbat pembuluh sehingga menyebabkan kematian cabang

Hama pada Budidaya Tanaman Kopi

Pengendalian hama penggerek cabang dilakukan dengan cara biologis, yaitu dengan melepaskan parasit Tetratichus xylebororum, atau secara mekanis  yaitu dengan memangkas bagian tanaman yang terserang hama, kemudian dibakar.  Selain itu, juga melalui pengurangan naungan terutama pada musim hujan sehingga perkembangan cendawan Diplodia dan Fusarium dapat tertekan.

Nah, itulah 3 hama pada budidaya tanaman kopi. Hama-hama tanaman kopi lainnya seperti kutu dompolan, kutu lamtoro, dan kutu hijau dapat dilihat pada posting selanjutnya atau dengan mengunjungi link ini: Hama pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2].

Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi

Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman lain yang dibudidayakan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan dengan tanaman pokok sehingga bersaing dalam penyerapan unsur hara dan air.  Selain itu gulma juga mengeluarkan zat yang dapat meracuni tanamandan sebagai inang hama tanaman kopi. Gulma yang tumbuh pada areal tanaman kopi dapat mengakibatkan daun tanaman kopi menguning, tanaman kerdil atau kurus, cabang-cabang plagiotrop mati, buah berukuran kecil, produksi rendah, tanaman kopi kekeringan pada musim kemarau, atau tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara.

Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi

Gulma Tanaman Kopi

Jenis gulma yang tumbuh dan merugikan pada budidaya tanaman kopi antara lain alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon dactylon, Salvia sp. (beracun), Digitaria (beracun), belimbing-belimbingan (Oxalis spp.), dan Mocania cordata. Pengendalian gulma pada pertanaman kopi tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

1.  Setelah pembukaan lahan
Lahan yang baru dibuka, dan tidak segera ditanami akan ditumbuhi gulma.  Untuk mencegah tumbuhnya gulma, lahan tersebut ditanami tanaman penutup tanah.  Bila gulma alang-alang masih tumbuh sebaiknya dikendalikan dengan herbisida misalnya menggunakan Roundup dengan dosis sesuai anjuran.

2.  Di pembibitan
Bedengan pembibitan harus dibersihkan dari gulma dengan melakukan penyiangan tiga minggu sekali.  Penyiangan di pembibitan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan.  Pemakaian cangkul atau alat lain dapat merusak perakaran bibit kopi.

3.  Di pertanaman.
Pertanaman kopi dianjurkan selalu bersih dari gulma terutama sekitar daerah perakaran (piringan tanaman).  Pengendalian gulma di luar perakaran bisa dilakukan dengan menanam tanaman penutup tanah (legum cover crop).  Bila gulma masih tetap tumbuh, bisa disiang dengan cangkul atau disemprot dengan herbisida.

Gulma pada Budidaya Tanaman Kopi

Pengendalian gulma di daerah perakaran dilakukan dengan cara memberikan mulsa.  Bila gulma tetap tumbuh, gulma disiang dengan tangan atau koret.  Penyiangan dengan cangkul pada daerah perakaran tidak dianjurkan karena akan merusak akar tanaman kopi.  Pada tanaman kopi muda, penyiangan dilakukan 3-4 minggu sekali, sedangkan jika pada tanaman dewasa, penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.  Mulsa disebar di daerah perakaran setebal 15 cm.  Penumpukan mulsa jangan terlalu dekat dengan batang karena bisa membuat batang terlalu lembab dan mudah terserang jamur.

Nah, itulah sedikit pembahasan tentang gulma pada budidaya tanaman kopi. Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman selain hama dan penyakit. Untuk memahami hama apa saja yang menyerang pada tanaman kopi, Anda dapat membaca artikel kami yang berjudul hama pada budidaya tanaman kopi.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2]

Melanjutkan prosting sebelumnya mengenai penyakit pada budidaya tanaman kopi [Bagian 1] yang membahas tentang penyakit karat daun, bercak daun cercospora, penyakit jamur upas, kali ini pembahasan akan menyinggung empat jenis penyakit tanaman kopi lainnya yaitu penyakit akar hitam dan akar coklat, penyakit mati ujung, penyakit embun jelaga, dan penyakit bercak hitam.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2]

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi

4.  Penyakit Mati Ujung

Penyakit mati ujung disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp. Pada budidaya tanaman kopi, penyakit yang menyerang ranting ini dapat menurunkan produktivitas hingga 40%.  Gejala yang dapat ditemukan diantaranya daun pada ranting yang terserang menguning dan gugur, lalu ranting mati mulai dari bagian ujung. Pengendalian penyakit mati ujung dilakukan dengan memangkas ranting yang menunjukkan gejala serangan penyakit hingga bagian yang masih sehat, kemudian membakar atau mengubur hasil pangkasan tersebut, serta menyemprot tanaman yang belum atau sudah terserang, menggunakan fungisida.

5. Penyakit Akar Hitam dan Akar Coklat Kopi

Penyakit akar hitam dan akar coklat disebabkan oleh cendawan Rosellina bunodes dan Rasellina arcuata. Gejala serangan penyakit akar hitam adalah tanaman tampak kurang sehat, daun menguning, layu, dan menggantung, kemudian daun berguguran dan akhirnya tanaman mati.  Pada tanaman yang mati bila dibongkar di dekat leher akar akan terlihat adanya benang cendawan berwarna hitam, kulit akar membusuk dan pada pangkal leher akar membentuk kalus. Sedangkan gejala serangan penyakit akar coklat adalah mirip penyakit akar hitam.  Bedanya, tanaman yang terserang penyakit ini bila dibongkar akan terlihat adanya kerak tanah tebal di sekeliling akar dan sukar dibongkar.  Pada kerak tersebut ditemukan miselium berwarna coklat.  Bila kerak dilepas secara perlahan, akan ditemukan selaput tipis seperti beludru berwarna coklat yang menyelimuti kulit akar yang membusuk 

Pengendalian penyakit akar hitam dan akar coklat dapat dilakukan dengan cara membongkar pohon kopi hingga akarnya yang menunjukkan gejala serangan, kemudian disingkirkan dan dibakar, memeriksa kemungkinan ikut terserangnya pohon kopi yang berdampingan dengan pohon yang sakit, memberi tepung belerang sebanyak 200 g pada lubang bekas bongkaran yang dimasukkan ke dalam tanah, kemudian diaduk.  Lubang tersebut tidak boleh ditanami kopi sampai satu tahun ke depan, memperbaiki drainase tanah sehingga air tidak menggenang, serta mengisolasi tanaman yang terserang. Caranya membuat parit sedalam 1 m mengelilingi daerah tanaman yang terserang.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2]

6.  Penyakit Embun Jelaga

Penyakit embun jelaga disebabkan oleh cendawan Root-down. Bagian tanaman yang terserang adalah daun.  Cendawan ini menyerang tanaman yang banyak dikerumuni kutu dompolan atau kutu hijau.  Daun kopi yang terserang kemudian tertutup lapisan berwarna hitam seperti jelaga, sehingga menghalangi fotosintesis dan meningkatkan suhu daun. Daun yang terserang penyakit embun jelaga dilap dengan kain bersih sampai warna hitamnya hilang.

7. Penyakit Bercak Hitam pada Buah

Penyakit bercak hitam pada buah disebabkan oleh cendawan Cephaleuros coffea. Penyakit ini menyerang buah.  Pada kulit buah yang belum matang timbul bercak-bercak hitam, lalu bercak melebar hingga seluruh kulit buah mengering dan berwarna hitam.  Kemudian pada bercak tersebut tumbuh rambut-rambut halus yang ujungnya terdapat butiran spora berwarna merah. Buah kopi yang terserang biasanya langsung diafkir saat proses pembuatan kopi luwak. Pengendalian penyakit bercak hitam pada buah kopi dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida pada buah kopi masih muda dan waktu panennya masih lama serta memetik dan membakar buah yang terserang penyakit.

Demikianlah pembahasan mengenai penyakit pada budidaya tanaman kopi. Untuk lebih memahami organisme penggangu tanaman kopi lainnya Anda dapat membaca artikel kami yang membahas gulma dan hama pada budidaya tanaman kopi.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 1]

Dalam budidaya tanaman kopi, dikenal berbagai penyakit yang mengganggu tumbuh kembang tanaman dalam mencapai produksi buah yang optimal. Penyakit-penyakit tersebut timbul dari inveksi patogen baik dari jenis jamur, nematoda, bakteri maupun virus. Penyakit-penyakit pada tanaman kopi tersebut antara lain penyakit karat daun, bercak daun cercospora, penyakit jamur upas,  penyakit akar hitam dan akar coklat, penyakit mati ujung, penyakit embun jelaga, dan penyakit bercak hitam pada buah.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 1]

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi

1. Penyakit Karat Daun Kopi

Penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix.  Urediospora H. vastatrix berbentuk seperti ginjal, bagian dorsal seperti beduri, sedangkan bagian ventral rata dan halus. Penyakit karat daun terutama menyerang kopi Arabika yang ditanam pada dataran rendah.  Daun kopi yang terserang biasanya timbul bercak yang awalnya berwarna kuning lalu berubah coklat. Pada sisi bawah permukaan daun yang terserang bercak terdapat tepung berwarna orange dan jingga. Serangan karat daun dapat terjadi pada bibit ataupun pada areal pertanaman kopi.

Penyakit karat daun dapat dikendalikan melalui pengendalian hayati dengan menanam beberapa varietas kopi yang toleran, seperti S 1934, S 795, USDA 62, dan Kartika. Sedangkan secara kultur teknis, penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara memperkuat kekebalan tanaman melalui pemupukan, pemangkasan, dan pemberian naungan yang optimal. Sedangkan secara kimia, karat daun dikendalikan melalui penyemprotan fungisida kontak seperti Cupravit OB 21 atau fungisida sistemik seperti Anvil 50 SC, Tilt 250 ES, Bayleton 250 EC, atau Sumiate 2,5 WP dengan dosis sesuai anjuran.

Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 1]

2.  Penyakit Bercak Daun Kopi

Penyebab bercak daun adalah cendawan Cercospora coffeicola.  C. coffeicola memiliki konidium berukuran pendek meski ada pula yang panjang. Bercak daun dapat bukan hanya dapat menyerang daun, melainkan juga buah. Pada daun yang sakit timbul bercak, mula-mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pembusukan pada bagian yang bercak dapat sampai ke biji sehingga dapat menurunkan kualitas. Buah yang terserang bercak ini dalam proses pembuatan kopi luwak biasanya langsung diafkir.

Pengendalian penyakit ini secara kultur teknis dilakukan dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang, dan mengurangi kelembaban kebun melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Sedangkan secara kimiawi,bercak daun dikendalikan melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP, Cupravit OB 21, Dithane M 45 80 WP, dan Delsene MX 200 sesuai dosis anjuran.

3.  Penyakit Jamur Upas

Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicocor. C. salmonicocor mempunyai basidium yang tersusun paralel pada stadium kortisium. Cabang atau ranting yang terserang biasanya layu mendadak.  Serangan dapat dimulai pada cabang yang ada di bawah, tengah ataupun ujung pohon.

Pengendalian penyakit jamur upas dilakukan dengan memotong batang atau cabang yang terserang yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) pada 10 cm di bawah pangkal di bagian yang sakit.  Potongan-potongan cabang dan batang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. Sedangkan apabila batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar, bagian yang sakit diolesi dengan fungisida Colixin RM atau Copper Sandoz sesuai dosis anjuran.  Namun bila serangannya sudah dalam taraf lanjut, batang atau cabang yang terserang sebaiknya dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dioles dengan fungisida Copper Sandoz atau Colixin RM sesuai dosis anjuran.

Demikianlah pembahasan mengenai 3 penyakit pada budidaya tanaman kopi. Empat penyakit selanjutnya yakni penyakit akar hitam dan akar coklat, penyakit mati ujung, penyakit embun jelaga, dan penyakit bercak hitam pada buah dibahas pada posting selanjutnya yang dapat diakses melalui link ini: Penyakit pada Budidaya Tanaman Kopi [Bagian 2].

Teknik Panen pada Budidaya Tanaman Kopi

Panen merupakan tindakan terakhir yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan budidaya tanaman kopi. Pada tanaman kopi, panen dilakukan pertama kali saat tanaman sudah mulai berbuah sekitar 2,5 sampai 3 tahun setelah ditanam, tergantung dari jenis tanaman dan iklim. Kopi robusta umumnya lebih cepat berproduksi dan bisa dipanen pada usia 2,5 tahun setelah tanam, sedangkan kopi arabika mulai berbuah sekitar usia 3 tahun. Iklim juga mempengaruhi usia tanaman bisa dipanen. Tanaman kopi yang ditanam di daerah dataran rendah biasanya lebih cepat berbuah dibanding tanaman kopi yang ditanam di dataran tinggi.

Teknik Panen pada Budidaya Tanaman Kopi

Pada tahap panen pertama pasca tanam, produktivitas tanaman kopi biasanya masih sangat rendah. Produktivitas tanaman akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Produktivitas kopi akan mencapai puncak pada saat tanaman berumur 7 sampai 9 tahun dengan produksi rata-rata per hektar mencapai 500 – 1.500 kg kopi beras tiap tahunnya. Jumlah produksi tersebut masih terus meningkat apabila tanaman dikelola dengan intensif yakni maksimal mencapai 2.000 kg per hektar tiap tahunnya.

Teknik Panen pada Budidaya Tanaman Kopi

Waktu Panen Buah Kopi

Waktu yang diperlukan kuncup bunga untuk menjadi kopi yang siap panen berbeda-beda tergantung jenis kopi yang ditanam. Pada tanaman kopi arabika pembentukan buah memakan waktu 8 sampai 11 bulan, sedangkan pada kopi robusta buah terbentuk lebih cepat yakni antara 6 sampai 8 bulan.

Untuk memperoleh kualitas biji kopi yang baik, panen dianjurkan hanya dilakukan dengan memetik buah-buah kopi yang matang saja. Buah kopi matang ditandai dengan kulit buah yang memerah tua.  Musim panen kopi dalam satu kebun tidak serempak biasanya berlangsung di musim kemarau yakni antara bulan Mei sampai September. Oleh karena itu pemetikan dalam proses pemanenan dilakukan secara bertahap. Tahapan pemetikan kopi tersebut antara lain tahap pemetikan pendahuluan, petik merah, dan petik racutan.

1. Pemetikan pendahuluan
Pemetikan pendahuluan dilakukan untuk mengambil buah-buah kopi yang terserang hama bubuk buah, biasanya dilakukan antara bulan Februari dan Maret. Pemetikan ini bertujuan untuk menghindari penyebaran hama tersebut dengan memutus siklus hidupnya. Buah-buah yang terserang hama bubuk menunjukan ciri-ciri berwarna kuning kehijauan. Buah-buah ini dipetik kemudian direbus dan dijemur untuk kemudian diolah dengan metode pengolahan kering.

2. Petik merah
Petik merah sering disebut pula dengan istilah panen raya. Panen ini dimulai pada bulai Mei dan berakhir di bulan September. Petik merah dilakukan dengan memetik buah-buah kopi yang sudah merah matang pada tanaman setiap 10 – 14 hari. buah-buah kopi hijau yang mungkin ikut terpetik harus dipisahkan dari buah kopi matang agar mutu kopi olahan nantinya tidak menurun. Buah-buah kopi matang ini, pada proses pembuatan kopi luwak biasanya langsung dibersihkan dan dihidangkan pada luwak yang ada di kandang penangkaran.

3. Petik racutan dan lelesan
Petik racutan dilakukan dengan memanen semua buah yang ada di tanaman setelah bulan September atau setelah petik merah selesai dilakukan dan sisa buah di pohon hanya tertinggal sekitar 10% saja, sedangkan lelesan dilakukan dengan mengambil semua buah yang jatuh tertinggal di tanah. Petik racutan dan lelesan dilakukan sejatinya hanya untuk meminimalkan serangan hama bubuk buah pada musim panen berikutnya, karena buah-buah yang tersisa pasca petik merah jika tidak diambil hanya akan menjadi inang untuk hama bubuk buah.

Teknik Panen pada Budidaya Tanaman Kopi

Cara Panen Buah Kopi

Panen buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah kopi satu persatu dari dompolan buah dan memasukannya ke dalam keranjang bambu. Pemetikan yang dilakukan dengan mengambil semua buah yang ada di dompolan tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan mutu olahan kopi nantinya menurun. Pada tanaman yang tinggi sehingga buah tidak terjangkau oleh tangan pemetik, perlu disiapkan tangga segitiga untuk memudahkan proses pemanenan. Setelah keranjang buah penuh, buah kopi kemudian dimasukan ke dalam karung goni kemudian diangkut untuk ditimbang dan diolah baik secara basah maupun diolah secara kering.

Nah, demikianlah pembahasan mengenai teknik panen pada budidaya tanaman kopi. Dari buah yang diperoleh setelah diolah akan diperoleh kopi beras dengan rendemen yang berbeda-beda bergantung jenis kopinya. Dari 100 kg buah kopi segar, untuk kopi robusta akan diperoleh biji kopi kering (kopi beras) sebanyak 22 sampai 24 kg (rendemen 22-24%), sedangkan untuk kopi arabika hanya akan diperoleh kopi beras sejumlah 16 sampai 18 kg (rendemen 16-18%).